Pada sebuah acara bursa kerja di Mall Season City, Tambora, Kementerian Tenaga Kerja (Kemnaker) menyoroti dua masalah utama terkait pengangguran di Indonesia. Staf Ahli Bidang Ekonomi Ketenagakerjaan Kemnaker, Aris Wahyudi, menyebut bahwa investasi padat modal ‘high-tech’ masih menjadi hambatan dalam menciptakan lapangan kerja yang luas. Beliau juga menyoroti pentingnya kemampuan warga dalam mencari pekerjaan (agility) sebagai tantangan lainnya.
Aris menegaskan bahwa penurunan jumlah lapangan kerja yang tercipta dari investasi menyebabkan perluasan kesempatan kerja menjadi terbatas. Dia merinci bahwa pada tahun 2024, hanya 1.200 lapangan kerja tercipta dari investasi Rp1 triliun, berbanding dengan 4.500 lapangan kerja sepuluh tahun sebelumnya.
Di samping itu, Aris juga menyoroti pentingnya skill atau kemampuan para pencari kerja muda. Menurutnya, para pencari kerja perlu terus belajar dan meningkatkan skill teknikal dan soft skill mereka, seperti up-skilling dan re-skilling. Hal ini disebabkan mayoritas pencari kerja di Indonesia adalah generasi Z yang memiliki karakteristik kerja yang berbeda.
Kepala Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Energi (Nakertransgi) Provinsi DKI Jakarta, Hari Nugroho, melaporkan bahwa angka pengangguran di Jakarta mencapai 338.000 orang. Data ini didasarkan pada Badan Pusat Statistik (BPS) dan akan diverifikasi melalui portal Kementerian Ketenagakerjaan RI. Dalam acara bursa kerja tersebut, 40 perusahaan berpartisipasi dengan menawarkan sekitar 1.945 lowongan kerja, dengan harapan setidaknya 50 persen dari jumlah tersebut dapat tersebar kepada para pencari kerja yang hadir.
Melalui upaya-upaya seperti bursa kerja ini, diharapkan dapat membantu mengatasi tantangan utama terkait pengangguran di Indonesia. Upaya peningkatan skill, penyesuaian dengan karakter kerja generasi Z, serta sinergi antara pemerintah dan sektor swasta diharapkan dapat memperluas kesempatan kerja bagi masyarakat Indonesia secara keseluruhan.








