Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) berhasil ditutup menguat pada Jumat sore meskipun mengalami pullback sebelumnya karena aktivitas profit taking serta pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. IHSG menguat sebesar 6,92 poin atau 0,08 persen ke level 8.257,86, sedangkan indeks LQ45 turun sebesar 6,53 poin atau 0,82 persen ke level 793,61. Kepala Riset Phintraco Sekuritas, Ratna Lim, menyatakan bahwa IHSG mengalami kenaikan setelah sebelumnya terjadi pullback akibat profit taking dan pelemahan rupiah terhadap dolar AS. Pelaku pasar di dalam negeri akan memperhatikan beberapa data penting seperti Foreign Direct Investment (FDI) kuartal III-2025 yang diperkirakan mengalami penurunan 6 persen year on year (yoy). Di kawasan Asia, pelaku pasar akan fokus pada Trade Balance dari China bulan September 2025 dan data inflasi China bulan yang sama. Demikian juga dengan data dari kawasan Eropa dan Amerika Serikat yang akan dijadwalkan dirilis.
Pada perdagangan saham, IHSG sempat melemah namun kemudian bergerak ke zona hijau hingga penutupan perdagangan. Sebanyak sembilan sektor mengalami kenaikan, dipimpin oleh sektor transportasi & logistik, infrastruktur, serta barang baku. Di sisi lain, dua sektor mengalami penurunan, terutama sektor keuangan. Saham-saham yang mengalami kenaikan signifikan antara lain AYLS, NTBK, ASPI, FUJI, dan GULA, sedangkan saham-saham yang mengalami penurunan terbesar antara lain RELI, UANG, CBRE, UFOE, dan POLU. Frekuensi perdagangan saham mencapai 2.456.126 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 48,15 miliar lembar saham senilai Rp24,14 triliun. Bursa saham regional Asia juga mengalami pelemahan pada hari tersebut.
Dalam mengikuti perkembangan IHSG, penting bagi pelaku pasar untuk memperhatikan beberapa data ekonomi penting baik dari dalam negeri maupun internasional. Pergerakan IHSG patut menjadi sorotan bagi para investor untuk mengambil keputusan investasi yang tepat.








